Kamis, 26 Januari 2017

LETTER to YOU | #10DaysKF

Teruntuk Seseorang,


Halo, assalamualaikum.Namaku Oktavia, seorang mahasiswa di salah satu universitas di Surabaya. Aku bukan seorang pemimpi seperti mereka. Apa kamu juga seperti itu? Jika iya, kita sama. Satu hal yang aku tahu saat aku masuk kuliah adalah; aku ingin pandai, menemukan pekerjaan yang layak dan membahagiakan orang tua. Tapi segalanya tak semudah teorinya. Hmm, hidup ini ternyata melelahkan ya?


Bagaimana harimu? Apakah menyenangkan? Aku rasa semakin bertambahnya umurmu, semakin banyak hal yang ketahui dari pengalamanmu, semakin banyak juga masalah yang kau hadapi. Entah masalah yang kamu timbulkan sendiri atau masalah dari orang lain. Bukan begitu? Mungkin bahkan di usia yang belia, ada di antara mereka yang sudah bisa merasakan kerasnya hidup ini. 


Aku tidak mengenalmu, dan kita tak saling mengenal. Sama seperti aku dengan Tuhanku dulu. Aku hanya mengikuti kata orang tua untuk melaksanakan ibadah, menyembah Yang Kuasa sebagai wujud rasa syukur, kepatuhan, dan juga cinta pada-Nya karena telah memberi hidup ini kepada kita. Sampai akhirnya perlahan cinta ini benar-benar muncul. Aku tidak rela meninggalkan Tuhanku sejemang saja. Aku menyuiaki waktu saat di mana aku bermunajad pada-Nya.


Jadi teruntuk kamu, yang merasa sendiri di dunia ini, tak ada yang menghargai, dan beranggapan bahwa masalahmu teramat sangat besar, tenang, kawan. Masih ada Dia. Siapa pun Tuhanmu, percayalah, di antara semua ciptaan-Nya di dunia ini, di antara mereka yang sudah tak menganggapmu sebagai salah satu dari mereka, masih ada Dia yang selalu menganggapmu ada. Terlepas dari apakah kamu seorang hamba taat atau tidak. Maksudku belum. Setidaknya kita masih hidup, jadi perjuangan kita belum berakhir untuk tetap mencintai-Nya yang Maha Mencintai. 


Teruntuk kamu yang merasa gelisah, aku sarankan mengambil air wudhu dan membaca Qur’an –––atau apa pun yang kamu gunakan untuk beribadah, karena agama kita mungkin berbeda. Lari ke narkoba dan minuman memang menyenangkan, tapi hanya sesaat. Lagipula lari pada hal seperti itu menimbulkan dampak buruk pada diri sendiri. Beda cerita jika kita lari pada hal positif.


“Tidak perlu iri atas apa yang orang lain miliki, kamu tidak tahu apa yang telah diambil darinya. Dan kamu jangan sedih akan cobaan yang kamu terima, kamu tidak tahu apa yang akan diberikan kepadamu nantinya. Bersyukurlah, dan bersabarlah.” 


Itu petuah yang aku genggam selama ini. Karena pada dasarnya kita tak akan pernah cukup jika tak pernah bersyukur, kita akan merasa kurang jika tak pernah menghargai, kita tak akan pernah merasakan jika tak pernah mengalami.


Teruntuk kamu, teruntuk jiwa yang merasa hampa, masih ada Tuhan kita. Mungkin kita berbeda, tapi Tuhan tetap satu. Semoga apa yang aku tulis dapat membuat kamu yang membacanya merasa bahwa masih ada cela bahagia dalam hidup. Masih banyak orang yang peduli, jika pun tak ada, Tuhanmu masih berdiri kokoh di sampingmu, menggenggam pundakmu dan siap memapahmu untuk bangkit kembali menjalani kehidupan. 


Aku bukan hamba yang taat, kawan. Aku hanya seseorang yang ada ketika kamu ingin berbagi tentang resahnya hidup ini. Kudengarkan ceritamu dengan hikmat, lalu aku akan mengajakmu mengingat apa yang kamu dapat dan kita bersama-sama bersyukur Tuhan masih memberi kita kesehatan beserta akal yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.


Semoga bermanfaat, sekian dan terima kasih. 



Wassalamu’alaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar