Kamis, 18 Mei 2017

Senin, 15 Mei 2017



Manusia itu biangnya lupa. Termasuk aku yang mungkin hampir saja menjadikan lupa sebagai kebiasaan sehari-hari. Bukan hanya karena banyak kegiatan, keteledoranku dalam mengalokasi waktu juga terasa buruk.

Seperti halnya hari ini. Banyak sekali kegiatan yang kulakukan. Mulai dari kuliah, mengejar waktu untuk revisi makalah, belum lagi tugas susulan dari dosen lain. Ilusi menjadi mahasiswa funky di dalam persinetronan Indonesia itu tabu, maya, sangat tidak nyata. Mana bisa mahasiswa yang kerap begadang seperti kami, belum lagi berkegiatan dalam lingkup sosial, atau sekedar nongkrong bareng tetap membuat kami menjadi manusia yang cantik tanpa kantung mata. Mustahil. Ya, mungkin saja. Semua bisa dilakukan, maksudku mempercantik diri di sela kesibukan. Ah, tapi aku masa bodoh. Ingat memakai bedak dan gincu saja sudah untung-untungan.

Kembali ke bagaimana aku keteteran hari ini. Tepat setelah kuliah, kira-kira saat itu pukul dua sore, aku lanjut berangkat kepanitiaan dalam acara pekan olahraga dan seni fakultasku. Di sisi yang lain, seharusnya aku berkumpul dengan komunitas jurnalistik fakultas juga. Mana yang lebih aku prioritaskan? Ah, ini bukan masalah prioritas, mestinya. Lebih ke kegiatan mana yang kuingat sebagai jadwalku hari ini. Dan aku hanya mengingat kalau aku menjadi panitia porsefak.

Sampai acara hari itu selesai pukul lima kalau tidak salah ingat, kemudian aku pulang ke kos dan merebahkan badan ke kasur kesayangan, aku mulai teringat sesuatu. Nyatanya sesuatu itu sangat mengganjal, menganggu pikiranku pada saat itu.

Oh iya! Seharusnya aku ikut perkumpulan jurnalis, kan? Aku lupa? Ya, sudah biasa.

Bukan menyepelekan. Tapi aku mengejek diriku sendiri. Masalah sepele seperti itu saja aku lupa, apalagi kalau hal yang lebih besar. Tungu, tunggu, sepele? Ah, aku salah lagi. Ini bukan perkara sepele. Sekian dari pengalamanku, hal yang kusepelekan malah menjadi bumerang bagiku.

Menyesal? Tentu.

Ya untung saja panitia komunitas baik hati masih mau menerima pelupa dan bandel sepertiku. Masih mau menerima alasan aneh yang sering aku utarakan pada mereka. Satu hal yang aku pegang adalah aku harus berusaha berkomitmen terhadap apa yang aku pilih. Termasuk membalas mereka yang sudah berbagi kebaikan kepadaku.


-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar